Di umur kepala dua ini, mereka melempar kami dengan pertanyaan banyak yang menyita perhatian maupun pusing kepala. Misalkan "Kamu mau jadi apa?". Hadeeh untuk anak kecil jika ditanya hal semacam ini, tentu mereka anggap remah saja. “Jawab semaunya!”. Tidak pada kita. Semua kini berbeda. Aku sekarang berkisar kepala 2 (dua) dan jujur saja, “masih bingung mau jadi apa”. Kata orang ini dikaitkan dengan Quarter Life Crisis (QLC). Disebabkan oleh tekanan sosial, ketidaktahuan, dan realita hidup yang berbeda dari ekspektasi.
Krisis seperempat abad atau Quarter Life Crisis (QLC) adalah
fase transisi yang banyak orang alami ketika beranjak dewasa, kisaran usia
20-an gitu (sekitar 18 s/d 30 tahun). Di periode ini, mereka, kami, dan kamu
diserang “Attack!” oleh: perasaan ragu, cemas, dan bingung. Ini tak lain
terkait arah hidup, karir, hubungan, dan masa depan.
Diperburuk dengan tiada seseorang yang menuntun kami kearah
mana yang bisa kami lalui. Kami hanya berjalan tak tentu arah, dengan kemauan
kami sendiri tentunya diikuti paparan dan tekanan sosial yang datang kepada
kami.
Tekanan Sosial yang subjektif
Di era modern, budaya populer yang dibawa media sosial sering
menampilkan citra kesuksesan yang instan dan sempurna. “Bagai Dewa yang turun
ke Dunia”. Menciptakan “tekanan sosial yang besar” Meningkatkan standar
sukses, bagi anak muda untuk mencapai standar tinggi dalam waktu relatif singkat.
Walaupun setiap kriteria kesuksesan itu subjektif,
artinya berbeda-beda bagi setiap orang, ini dapat memicu perasaan ‘kecil hati’,
agak goyang, dan frustrasi bila tekanan itu dipaksakan. Walaupun hanya sebatas
pencapaian pribadi, kontribusi sosial, kesehatan, kebahagian, bahkan kebebasan
finansial dan hubungan yang dipertontonkan.
Oleh karena semangat muda yang butuh ‘banyak asupan
pengalaman’, melihat kesempatan terbuka yang berbeda dengan bermacam pilihan,
menjadikan fase ini tersentuh rasa ragu dan kebingungan. “Yang mana nihh?”. Yaa,
sering kali kami: Memilih tempat-tempat dengan tanda zona nyaman.
Dan semua dimulai atas nama:
Ketidaktahuan dan Keraguan
Masa transisi dari masa remaja ke dewasa diiringi dengan
berbagai pilihan dan kemungkinan yang tak terbatas. “Semua di bukakan lebar
tanpa sensor!”. Bingung? Tentu saja. Hal ini dapat membuat individu muda
merasa bingung dan tidak tahu arah tujuan hidupnya. Ketidakpastian tentang masa
depan dan keraguan akan kemampuan diri dapat memperparah perasaan cemas dan
depresi.
Orang-orang termasuk ‘penulis sendiri’ selalu takut akan
perubahan. “Takut tidak bisa mengimbangi”. Dahulu kala orang takut pada
listrik ketika pertama diciptakan, bukan? Orang takut pada mesin batubara
dengan asap hitamnya, mereka takut pada mesin bertenaga gas.
Dari baru menuju lalu, akan selalu ada ketidaktahuan,
dan ketidaktahuan itu membawa ketakutan. Tetapi sejalan dengan waktu, semua
tetap berjalan membawa ketakutan itu menjadi satu kebutuhan. Walaupun semua hal
tersebut banyak yang tidak sesuai dengan realita hidup dan ekspektasi
masing-masing orang.
Realita Hidup yang Berbeda dari Ekspektasi
Banyak individu muda memiliki ekspektasi tinggi tentang
kehidupan mereka di masa depan. Namun, realita hidup sering kali berbeda
dari apa yang dibayangkan. Kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang tepat,
kegagalan dalam hubungan, dan berbagai rintangan lainnya dapat membuat kita jatuh
terpuruk dan kehilangan semangat.
Realita hidup itu yaa memang begini. Semakin sering
kamu berada pada situasi tersulit sekali pun, semakin kuat pula kamu
menghadapinya. Secara mendasar, apa yang kita semua mau dari semua ini adalah kata
“Semua berjalan dengan semestinya”. Walau kita lebih banyak memilih kata
‘Maklum’, untuk membersihkan kotoran di dalam ekspektasi.
Lau apa yang bisa kita pelajari?
Gejala QLC
Quarter Life Crisis atau QLC dapat berwujud dalam berbagai
bentuk, mudah marah, misalnya. Bentuk lain yang semakin memperparah keadaaan,
seperti: kehilangan motivasi, kesulitan mengambil keputusan, dan rasa terjebak
dalam situasi serba salah. Gejala-gejala ini dapat menghentikan mesin
kehidupan, dan membuat kita merasa tidak cukup mempunyai daya.
Untuk hidup, kamu harus bisa memperkirakan mana saja yang berdampak baik, atau justru menambah buruk. Semua akan terhenti, ketika kamu mengambil keputusan dalam keadaan terlalu gembira atau teramat sedih, karena boleh jadi itu membawa penyesalan di kemudian hari. Semakin banyak pengetahuan, semakin baik dalam menyalakan mesin keputusan.
Dampak QLC
Krisis yang berdampak buruk pada berbagai aspek kehidupan,
seperti kesehatan mu tentunya, hubungan dengan berbagai pihak, dan pekerjaan
yang sedang kamu jalani. Siapa seeh yang mau seperti ini? Semua orang
tidak mau mengalami lebih banyak salah.
Tidak ada yang mengurangi kecemasan lebih cepat daripada
tindakan atau “paling tidak tenangkan dirimu dulu”. Kesalahan terbesar
yang bisa kamu perbuat dalam hidup adalah takut salah pilih dan terus-menerus cemas,
uring-uringan, yang tiada henti.
Cukup Dukung dan Paham
Penting untuk mendapatkan dukungan dan pemahaman dari orang
terdekat. “Yang mana saja boleh”. Jadilah kuat, terima kata ‘maklum’ itu.
Percayalah, segala sesuatu mungkin terjadi ketika kamu memiliki orang yang
tepat. Orang yang selalu ada di sana untuk mendukung dan memarahimu.
Setiap orang ingin di dengar, di perhatikan dan ingin di
hargai. Karena dukungan itulah, mereka bisa menjadi terbaik yang mereka bisa
lakukan saat ini. Tapi sayangnya tidak semua orang memiliki dukungan dan
jalan keluar yang semacam itu.
Semua Akan Baik-Baik Saja
QLC dapat menjadi momentum dan kesempatan untuk introspeksi diri.
Menemukan kemana arah serta tujuan hidup kita yang sebenarnya. Meluangkan waktu
untuk mengenal diri sendiri, nilai-nilai, dan passion, kamu dapat membangun
masa depan yang lebih berarti dan sesuai dengan harapan kamu dan mereka.
Jika kau ingin berkembang, baiknya tantang dirimu sendiri. Jadikan
setiap kata dari kritik dan hinaan sebagai jalan untuk memperbaiki diri. Semua
orang pernah merasa malas, gagal, dan bodoh. tetapi mereka tetap terus bergerak
dan mencoba. Jujur saja, kita lebih banyak membranding kelemahan daripada meningkatkan
kelebihan.
Semua akan baik-baik saja ketika kita menemukan kesadaran dan solusi yang tepat untuk kita mainkan di tahapan berikutnya.
Kesadaran dan Solusi
Penting untuk kita sadari bahwa setiap orang memiliki waktu
dan jalannya sendiri. Kegagalan dan rintangan adalah bagian dari proses
belajar dan pendewasaan. Hindari membanding-bandingkan dengan orang lain dan
fokuslah pada kemajuan diri sendiri.
Quarter Life Crisis (QLC) bukanlah akhir dari kisah cerita. Ini
tak lebih seperti jalan di pasar tradisional yang ‘becek’ dan padat. Akan baik
ketika kita menemukan dukungan, fokus pada pencapaian “sekecil apa pun”, dan
menjalani hidup dengan totalitas penuh.
Kamu anak muda setengah dewasa dapat melewati fase
ini demi masa depan dengan penuh percaya diri. Meskipun terasa sulit, sadar
bahwa introspeksi dan pendewasaan diri kita lakukan. Dengan usaha dan
ketekunan, semua akan kita lewati seperti satu halaman bacaan.
Salam Dyarinotescom.
Posting Komentar