Persaingan usaha di seluruh dunia tidak mengenal waktu dan jaman. Dalam bersaing, muncul banyak sekali strategi jitu yang bisa mereka gunakan. Salah satunya adalah dengan istilah bakar uang. Lah, kok uang dibakar? Tujuannya masuk akal. Yaitu meraih market share atau perhatian pasar. Tapi, apakah cukup tepat dengan strategi ini. Bukannya mencapai Untung (profit) malah buntung (defeated).

Berangkat dari ide dan modal kerja, strategi bakar uang menjadi serangan promosi secara besar-besaran. Dan ini sungguh berhasil. Putaran pendanaan yang besar dalam mengembangkan model bisnis dan promosi di balut isu strategis, menjadi pilihan tepat.

Ada banyak perusahaan besar, yang melakukan gebrakan dengan inovasi model bisnis sebagai kekuatan promosi. Pemberian sebagian besar paket murah dan potongan harga merupakan salah satu cara yang lazim. Untuk mendekati konsumen, cara ini biasa.


Ada Yang Untung, Ada juga Yang Buntung

Dalam Urusan Mencari perhatian atau Market Share, Strategi TikTok cukup berhasil. Mereka memang tengah mengalami tingkat popularitas yang tinggi. Diketahui, tahun 2022 penguna aktif TikTok mencapai 755 juta orang. Cara yang mereka lakukan sudah pasti untung bukannya buntung.

Untuk urusan media sosial, TikTok mampu menyaingi media sosial lainnya, seperti: Instagram, Twitter dan Facebook. Terkait konten kreator pun makin ‘G I L A’. TikTok menjadi alternatif yang menjanjikan selain youtube. Pada lini e-commerce atau marketplace, berjualan online bisa kita gunakan TikTok Shop. Dan ini sungguh strategi yang jitu dalam menarik konsumen.



Apakah yang dilakukan mereka, merupakan strategi bakar uang?

Menurut kami, strategi ini merupakan strategi bakar uang yang pintar. Bakar uang bukan berarti membuang-buang uang hanya dengan diskon dan gratis ongkir. Tetapi lebih kepada mencari perhatian pasar, kombinasi fungsi kegunaan, hiburan yang epic dan inovasi ekspektasi. Bisa dengan inovasi model bisnis maupun promosi.

Menguasai media sosial berarti sangat bisa menguasai pasar. Insider Intelligence sebuah lembaga riset digital merekam bahwa, aplikasi TikTok akan jadi media sosial terbesar dunia. Orang-orang kini mulai menjadikan TikTok sebagai sarana untuk mencari informasi, hiburan, dan berpromosi. Padupadan antara ketenaran, pendapatan atas penjualan dan monetisasi kreasi.

Patut diapresiasi strategi usaha saat ini kian bervariasi. Dan ide semacam ini, sungguh laku dan sukses dipasaran.


Perhatian dan Perhatikan

Strategi bakar uang itu tidak lain adalah terkait pembiayaan. Menggelontorkan modal lebih banyak. Dan tujuannya untuk mencari sebanyak-banyaknya pemakai dan pengguna. Mereka menginvestasikan uang besar untuk inovasi, soft infrastruktur dan promosi.

Rata-rata pengguna e-commerce itu pada tataran usia produktif. Yaitu remaja dan dewasa. Pada usia tersebut, mereka dipenuhi oleh: ide gila, kreasi dalam berjualan, dan kreatifitas dalam membuat konten, sembari bermedia sosial. Boleh jadi facebook, Twitter mulai di tinggalkan. Para pengguna marketplace beralih, dan penggiat konter kreator di youtube berbelok.

Apa yang mereka maksudkan dengan strategi bakar uang adalah sekedar potongan harga dan hadiah?

Perhatikan, bahwa umumnya masing-masing inovasi bisnis hanya memberikan voucher, potongan harga, dan paket-paket super murah kepada kita, penggunanya. Voucher mulai dari gratis ongkos kirim, potongan harga, gratis konsultasi dan keuntungan poin serta koin.

Bolehlah di berikan pengakuan dan membuat kita ketagihan untuk mengikutinya. Mungkin ini yang di maksud dengan strategi bakar uang ala startup. Yaitu membakar uang atau budget yang mereka miliki untuk di berikan kepada konsumen, dalam rangka memperluas pasar dan meningkatkan pengguna.

Tapi coba kita lihat apa yang dilakukan oleh TikTok. Para pengguna bisa menikmati konten video sembari membeli atau menjual produk yang di inginkan dan juga bersosial media. Konten video bisa di monetisasi menghasilkan uang dan uangnya di buat untuk modal berjualan di aplikasi yang sama.

Apakah aplikasi ini cukup komplit untuk menghasilkan uang?

Bagi penggiat sosial media, tentu ini sungguh kesempatan yang baik. Kita bisa menghasilkan uang dari pembuatan konten dan juga bisa berjualan pada marketplace yang sudah mereka sediakan. Cara-cara seperti ini, prinsipnya sama walaupun jenis kegiatan usaha nya bisa berbeda. Yaitu memahami keinginan dari penguna dan konsumen.



Mendalami Strategi Bakar Uang

Strategi bakar uang itu tidak lebih hanya menginginkan perhatian yang lebih dari konsumen. Bisa karena relatif masih baru atau sudah mulai ditinggalkan oleh pemakai. Beberapa manfaat yang kita percaya jika melakukan strategi ini, seperti:

1. Meningkatkan Awareness

Strategi membakar uang tujuan utamanya untuk mencuri perhatian pasar atau awareness, untuk mencapai target waktu pelaksanaan dan capaian pengguna. Pemberian potongan harga merupakan salah satu cara.

Biasanya strategi bakar uang ini secara perlahan kita kurangi dan akhirnya di hentikan, ketika target market tercapai. Brand Awareness secara tidak langsung terpatri di pikiran konsumen. Dengan Logo dan tagline yang di pakai serta packaging yang kita pergunakan.

2. Meningkatkan Loyalitas

Hasil yang ingin di raih adalah untuk menciptakan loyalitas dalam pasar. Packaging, price dan Brand Awareness berpengaruh langsung kepada loyalitas pelanggan. Kita sering membandingkan antara satu dan lainnya. Manakah yang memiliki fitur paling mudah, murah, menguntungkan dan nyaman untuk di pergunakan.

Pemberian harga yang menarik dan nyaman di kantong, memberikan keyakinan kapada kita pengguna dan konsumen. Kita merasa lebih mudah karena ada gratis ongkos kirim. Atau sering ada flash sale di item-item kesukaan.

3. Menguasai Market

Semua ini tentang perkara harga. Semua strategi sebenarnya untuk menguasai pasar. Orang akan berpindah dan beralih karena suatu hal. Alasan ini dan karena itu. Menggoda dengan fasilitas dan kenyamanan demi menyikut kompetitor sebanyak-banyaknya dalam upaya monopoli pasar.


Modus Dalam Dunia Marketing

Banyak influencer yang melakukan flexing untuk mendapatkan pengakuan dari pengikuti mereka. Mengaku sebagai motivator, nyatanya Tidak. Hanya penipuan dan tindak kriminalitas semata. Sekedar meraup keuntungan dari orang dungu yang mengikuti jejaknya.

Flexing semakin banyak di sosial media. Kemudahan akses menjadi kambing hitamnya. Modus flexing sungguh berbahaya. Terutama para kaum ibu yang suka berbelanja kosmetik tanpa di cek terlebih dahulu manfaat dan kegunaannya. Bukannya makin cantik, muka makin hancur, jadinya.

Flexing hadir dalam dunia marketing. Hal tersebut di gunakan untuk menyebut perilaku memamerkan kekayaan dengan tujuan tertentu. Flexing itu menunjukkan atau mendemonstrasikan. Logikanya, jika semakin kaya seseorang, justru tidak ingin menjadi pusat perhatian. Flexing di lakukan agar customer percaya.


Investasi Pakai Utang, Bukannya Untung Malah Buntung

Kami melihat hal ini tentu tidak baik. Investasi Pakai Utang, Bukannya Untung Malah Buntung. Kami selalu mengingatkan kepada pembaca sebagai investor bahwa berinvestasi itu berpotensi meraih keuntungan dan juga berisiko kerugian yang sama.

Ada baiknya investor untuk tidak menggunakan dana yang bersumber dari pinjaman. Atau dana harian dan dana untuk kebutuhan darurat. Jangan terlalu percaya diri dan berorientasi pada keuntungan instan.

Menghitung dan mengelola risiko adalah awal kerja. Menggunakan sumber dana dari hutang, akan semakin meningkatkan risiko. Keterbatasan waktu, misalnya. Dana pinjaman harus kita kembalikan. Dengan bunga pinjaman. Para investor harus belajar meningkatkan pemahaman dalam sistem inovasi, skema bisnis dan resiko investasi selaras dengan ekspektasi keuntungan.

Salam bakar bakaran

-----------------

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama