Botak di Depan itu Kebanyakan Mikir, Botak di belakang itu pintar. Botak di depan dan dibelakang, itu Kamu Pikir Kamu Pintar?




Pernahkah kamu merasa ‘bodoh’ saat mencoba memahami sebuah konsep yang dianggap mudah oleh orang lain? Atau mungkin kamu sering kali terpukau oleh kemampuan 'si anu' dalam memecahkan masalah yang rumit? Perbedaan-perbedaan ini bisa jadi disebabkan oleh perbedaan level berpikir. Itu sebabnya jangan kamu pikir kamu pintar.

Dalam beberapa menit kedepan, kita akan menjelajahi berbagai tingkatan kemampuan kognitif manusia, mulai dari mengingat fakta sederhana hingga menciptakan ide-ide yang orisinal. Di mana level berpikirmu berada dan bagaimana cara untuk meningkatkannya?

 

Kamu Pikir Kamu Pintar?

Jawab pertanyaan ini, kamu pikir kamu pintar?

Perjalanan intelektual sejatinya tidak hanya sebatas menghafal informasi semata. Ada banyak lapisan kemampuan berpikir yang menanti untuk kita eksplorasi. Dari memahami konsep dasar hingga menciptakan inovasi baru. Kami sangat setuju untuk setiap langkah dalam perjalanan ini akan membuka cakrawala baru pemikiran.

Lalu, Apa maksud tingkatan berfikir manusia?

Kemampuan berpikir manusia terbagi menjadi beberapa tingkatan, mulai dari yang paling dasar hingga yang paling kompleks atau ‘tematik’. Seperti segitiga piramida, berbagai tingkatan ini mencerminkan kemampuan kita dalam memaksimalkan otak. Langsung saja, kemampuan berpikir manusia kami bagi menjadi dua kategori, yaitu:

 

Tingkat Berpikir Dasar (Lower Order Thinking Skills - LOTS)

Dasar bukan berarti bodoh. Tingkat berpikir ‘dasar’ lebih fokus pada mengingat dan memahami informasi yang sudah ada. Keterampilan ini penting sebagai basis untuk mengembangkan kemampuan berpikir tahapan selanjutnya. Keterampilan tersebut, seperti:

 

1. Mengingat (Remembering)

Merupakan tingkat paling dasar di mana kita hanya mengingat kembali informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Menghafal tanggal penting, rumus matematika, atau nama-nama tokoh sejarah, misalnya.

Bayangkan seorang bayi yang baru lahir. Meskipun belum bisa berbicara atau memahami kata-kata, bayi sudah mulai belajar mengingat wajah orang tuanya, suara yang sering didengar, dan sensasi yang menyenangkan seperti saat disusui. Ini adalah bentuk paling dasar dari mengingat.

 

2. Memahami (Understanding)

Pada tingkat ini, kita mulai mampu menjelaskan informasi dengan kata-kata sendiri, memberikan contoh, atau menyajikan informasi dalam bentuk yang berbeda. Misal: Menjelaskan konsep gravitasi dengan menggunakan analogi, atau merangkum isi sebuah teks.

Kapan tepatnya seseorang mulai "memahami"?

“Saat jatuh cinta.” Hehe...

Tentu saja jawabannya adalah secara bertahap dan terus berkembang sepanjang hidup. Setiap tahap perkembangan membawa kemampuan memahami yang baru dan lebih kompleks. Ini sama seperti ketika kita menjual hak suara kita untuk memilih pemimpin yang tidak tepat.

 

3. Menerapkan (Applying)

Tingkat ini melibatkan penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menyelesaikan masalah atau situasi baru. Misalkan: Menggunakan rumus matematika untuk menghitung luas suatu bangun datar, atau menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dalam eksperimen.

Tidak ada jawaban yang pasti kapan seorang anak mulai "menerapkan" pengetahuan. Yang pasti, kemampuan ini berkembang seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman belajar. Dengan memberikan stimulasi yang tepat dan lingkungan yang mendukung, kita dapat membantu anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi mereka secara optimal.

Kamu pikir kamu pintar?

 

Tingkat Berpikir Kompleks (Higher Order Thinking Skills - HOTS)

Tingkat berpikir tinggi melibatkan kemampuan untuk memanipulasi informasi, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan sesuatu yang baru. Keterampilan ini sangat penting untuk memecahkan masalah kompleks, berinovasi, dan berpikir kritis. Keterampilan HOTS meliputi:

 

4. Menganalisis (Analyzing)

Pada tingkat ini, kita mulai membongkar informasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, mengidentifikasi hubungan antara bagian-bagian tersebut, dan membuat inferensi. Misal: Menganalisis data hasil survei untuk menarik kesimpulan, misalnya, atau membandingkan dan kontraskan dua teori yang berbeda.

Jelas bahwa kemampuan untuk memecahkan masalah, mengidentifikasi pola, dan menarik kesimpulan adalah keterampilan yang telah berkembang seiring dengan evolusi manusia. Konsep analisis seperti yang kita pahami saat ini adalah hasil dari perkembangan intelektual manusia selama ribuan tahun.

 

5. Mengevaluasi (Evaluating)

Tingkat ini melibatkan penilaian terhadap informasi atau ide berdasarkan kriteria tertentu. Mengevaluasi argumen dalam sebuah debat, atau menilai kualitas sebuah karya seni, misalnya.

Kemampuan mengevaluasi (evaluating) sebenarnya telah ada sejak manusia purba, seperti: pembuatan alat, pemilihan makanan, dan pemilihan tempat tinggal. Makanya jangan terlalu sombong ketika bisa bersuara mengkritik dan mengevaluasi seseorang.

 

6. Menciptakan (Creating)

Tingkat tertinggi dalam hierarki berpikir. Pada tingkat ini, kita mampu menghasilkan sesuatu yang tidak dipikirkan orang lain. Misalkan: Menulis cerita fiksi, merancang eksperimen baru, atau menciptakan karya seni.

Tolak ukurnya apa?

Muka kamu menjadi cantik karena di oplas dan di amplas. Bukan itu!

Pada tingkat berpikir Menciptakan (Creating), tolak ukurnya adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru, original, kompleks, atau bisa juga satu transformasi, dan yang pasti bernilai. Ini berarti melampaui sekadar menggabungkan ide-ide yang sudah ada, melainkan menciptakan konsep, produk, atau solusi yang belum pernah ada sebelumnya.

Kata kunci pada tingkat ini adalah Inovasi.

Lalu, bagaimana cara meningkatkan level berpikir?

 

Meningkatkan Level Berpikir

Meningkatkan kemampuan berpikir adalah proses yang terus, terang, teruss, maju menuju berkelanjutan. Jangan pernah berhenti belajar dan mencoba hal-hal baru dan jangan malu untuk belajar di umur kamu yang semakin tua. Ketika konsistensi dan dedikasi kamu terapkan, kamu akan dapat mencapai tingkat berpikir yang lebih tinggi.

Adakah Cara?

 

1. Rangsang Kreativitas

Jangan takut untuk mengeksplorasi ide-ide yang tampaknya aneh atau tidak masuk akal. Ide nyeleneh? Jangan ragu. Memang, terkadang ide-ide terbaik lahir dari pikiran yang berani menjelajah ke wilayah yang belum pernah dijamah sebelumnya. Ini seperti sebuah petualangan, di mana setiap ide baru adalah penemuan yang mengasyikkan.

Kegiatan seperti ‘renungan’, berjalan-jalan di alam, atau mendengarkan musik dapat membantu pikiran menjadi lebih rileks dan terbuka terhadap ide-ide baru. “Ups, ternyata aku menemukannya.” Langsung saja, catat semua ide yang muncul, seremeh apapun itu.

 

2. Perluas Pengetahuan

Benar adanya pengetahuan itu nomor satu. Jangan mengecilkan jangkauan pikiran. Baca, bacakan, dan bacalah. Jangan menjadi penerima saja seperti penonton. Kamu akan menjadi robot berminyak jika terlalu kebanyakan nonton di TikTok. Buku, artikel, atau blog tentang berbagai topik dapat memperkaya wawasan dan memberikan inspirasi baru.

Ikuti kursus, workshop, atau coba hobi baru. Pokoknya belajar hal-hal baru. Pengetahuan juga tidak hanya ada di buku. “Berinteraksi dengan orang yang berbeda”. Berdiskusi dengan orang yang memiliki latar belakang dan perspektif yang berbeda dapat membuka pikiran kita.

 

3. Berpikir Kritis dan Memecahkan Masalah

Jangan malu untuk bertanya tentang apapun. “Ajukan pertanyaan”. Teruslah bertanya "mengapa" dan "bagaimana" untuk menggali lebih dalam suatu masalah. Tidak ada kebenaran yang dibuat manusia dengan sempurna. “Pasti ada celah.” Jangan langsung percaya pada semua informasi yang Anda dapatkan. Kritisilah sumber dan kebenarannya. Evaluasi informasi tersebut. Cobalah melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang. “Cari berbagai perspektif”.

Berusaha untuk selalu mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Jangan takut menghadapi masalah yang sulit. Hadapi tantangan dan batu yang menghalangimu, pun termasuk penolakan akan ragunya mereka terhadap ide mu.

Terpaku pada satu solusi adalah satu kesalahan, coba cari alternatif lainnya. Solusi kreatif itu bukan logika tapi berada di rasa. Gagal? Anggap saja kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh. Dan tak akan pernah kalah ketika kita mau belajar dari kegagalan.

 

4. Kolaborasi dan Berlatih secara teratur

Bertukar pikiran dengan orang lain adalah kunci untuk memicu ide-ide baru dan dapat menggali potensi kreativitas yang tak terbatas. Ketika interaksi terjadi, kita terpapar pada perspektif, pengalaman, dan pengetahuan yang beragam. Perbedaan sudut pandang ini dapat memicu pemikiran lateral, mendorong kita untuk melihat suatu masalah dari berbagai sisi. Memungkinkan kita untuk berpikir "out of the box" dan menghasilkan solusi-solusi inovatif yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.

Kreativitas itu seperti otot yang perlu dilatih secara teratur. Semakin sering “melatih pikiran untuk mencari solusi baru dan perspektif yang berbeda”, semakin tajam intuisi kreatif kita. Jadikan latihan berpikir kreatif sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan, dan kamu akan terkejut dengan hasil yang bisa di dapatkan.

 

5. Bonus Tambahan

Ketika Ide Lebih Dari Sekedar Dollar

Ide-ide brilian adalah aset yang tak ternilai harganya melebihi dari sekedar kertas dollar. Namun, bagaimana cara kita menggali dan mengembangkan ide-ide tersebut?

Mind mapping, misalnya. Adalah salah satu alat yang ampuh untuk memvisualisasikan pikiran kita. Dengan membuat peta pikiran, kita dapat menghubungkan berbagai ide secara visual, sehingga lebih mudah untuk melihat hubungan di antara mereka dan menemukan pola-pola baru.

Coba dengan Brainstorming liar. Menghasilkan banyak ide dalam waktu singkat. Saat melakukannya, kita diajak untuk mengeluarkan semua ide yang ada di pikiran tanpa harus khawatir akan penilaian. Dengan cara ini, kita dapat memicu kreativitas dan menemukan solusi-solusi yang tidak terduga.

Bagaimana dengan Analogi? Teknik yang menarik untuk melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda. Dengan membandingkan masalah yang kita hadapi dengan situasi lain yang tidak terkait, kita dapat menemukan solusi-solusi yang inovatif.

Dengan menggabungkan ketiga teknik ini, kita dapat menaiki tingkatan berpikir yang maksimal. ‘Mind mapping’ membantu kita mengorganisir pikiran, ‘Brainstorming liar’ membantu kita menghasilkan banyak ide, dan ‘Analogi’ membantu kita melihat masalah dari perspektif yang baru.

Tuntas, jelas, dan bisa diterapkan.

 

Kamu pikir kamu pintar?

Dan Ternyata Kamu Terlihat Pintar

Kemampuan berpikir manusia, layaknya sebuah piramida besar, “penuh misteri dan kejutan”, memiliki berbagai tingkatan yang saling mendukung dalam membangun. Mulai dari kemampuan mengingat fakta dasar, perlahan membangun kemampuan yang lebih kompleks, seperti: memahami konsep abstrak, menganalisis informasi secara kritis, hingga menciptakan ide-ide inovatif.

Sayangnya, membangun kemampuan berpikir ini dipengaruhi oleh lingkungan, pendidikan, dan pengalaman hidup. Emosi juga turut berperan dalam membentuk cara kita berpikir. Itu sebabnya Negara kita lambat sekali dalam pembangunan, karena kita selalu berpikir kita pintar, “Kita ini Bangsa yang kaya raya”. Padahal kekayaan yang paling hakiki adalah iman, kesehatan, dan pendidikan. Dan di semua elemen tersebut “sorri to say” kita di bawah standar.

Kamu pikir kamu pintar?

Jadi, tahukan di mana level berpikirmu berada?

 

Salam Dyarinotescom.

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama