Google gelap! Mereka kehilangan pamornya. 

Pernahkah kamu bertanya mengapa generasi muda semakin jarang membuka tab pencarian Google? Fenomena ini mungkin agak membingungkan, mengingat Google telah menjadi bestie dalam mencari informasi selama bertahun-tahun. Namun, trend terbaru menunjukkan adanya pergeseran kebiasaan dalam mencari informasi, terutama di kalangan generasi muda.

Apa yang terjadi kawan?

Apakah benar adanya bahwa dominasi berita online besar ‘dengan iklan yang menggangu’ di hasil pencarian Google menjadi salah satu keluhan yang sering muncul, terutama bagi mereka yang ingin menemukan informasi spesifik, mendalam, atau dari sumber yang tidak itu-itu saja?

Google Search Menuju Redup.


 

Google Search Mulai Ditinggalkan

Dahulu kala tanpa Google, kita seakan miskin pengetahuan, minim informasi, dan bingung harus “Ku mencari kemana lagi?”. Semua serba ada kala Mbah Google bertahta. Kini, platform yang bagai keluarga mulai ditinggalkan kita, terutama oleh pengguna mudanya. “Bye Bye Google.” Kata mereka.

Ada banyak alasan mengapa Google Search segera ditinggalkan oleh pengguna muda. Tanpa banyak bicara, berikut 10 diantaranya:

 

1. Platform Media Sosial Ternyata Lebih Menarik

Jujur saja, platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube menawarkan tampilan yang lebih menarik, dengan video pendek, filter, dan efek yang membuat pencarian informasi menjadi lebih menyenangkan. "Sungguh beda dan berwarna".

Algoritma pada media sosial dengan sangat baik memahami 'minat pengguna' dan memberikan rekomendasi konten yang sangat tepat lagi relevan, membuat pengguna merasa lebih terhubung dengan informasi yang mereka cari.

Bukan itu saja, Ini berkaitan juga dengan:

 

2. Perubahan Perilaku dalam Mencari Informasi

Setiap generasi memiliki gaya yang berbeda dalam berkehidupan. Pun ketika itu berkaitan dengan mencari-cari informasi. Generasi muda lebih menyukai informasi yang cepat, mudah dicerna, lihat yang cantik-cantik atau sebaliknya, dan disajikan dalam bentuk yang menarik, seperti video pendek atau infografis. “Tak perlu embel-embel sebagai salam pembuka”.

Mereka ingin berinteraksi dengan informasi, bukan hanya sekedar membaca teks. Ada banyak fitur yang mendukung interaksi, seperti: komentar, like, dan share memungkinkan pengguna untuk berpartisipasi dalam diskusi dan berbagi informasi dengan keluarga dan teman-teman.

 

3. Keterbatasan Google Search Menampilkan Konten Visual

“Ini juga kesalahan dari Google Search, seeh.” Terlalu monoton dan lebih memilih dominasi teks.

Google Search masih sangat bergantung pada teks, sedangkan generasi muda lebih suka konten visual seperti video dan gambar. Mencari video tutorial atau review produk di Google Search pun bisa jadi lebih rumit dibandingkan di platform seperti YouTube atau TikTok.

Ditambah dengan rekomendasi google pada beberapa media online yang tidak mementingkan maunya pengguna. Iklan dimana-mana hingga menutupi konten yang ditulis membuat ‘kami’ pengguna muda ogah balik ke google.

 

4. Ketidakmampuan Google Search Memahami Bahasa Kekinian

“Kami ini generasi muda, buka generasi tua, seperti kalian” pikir pengguna muda saat ini. Generasi muda sering menggunakan bahasa gaul atau singkatan yang sulit di mengerti oleh mesin pencari tradisional “mesin jadul”.

Oleh karena pertanyaan yang di ajukan oleh pengguna muda seringkali lebih kompleks dan membutuhkan pemahaman konteks yang lebih baik, tentu saja membutuhkan ‘Query pencarian’ yang lebih kompleks. Bukan sekedar menggunakan bahasa baku yang garing.

 

5. Privasi dan Keamanan

Banyak pengguna muda khawatir tentang privasi data mereka ketika menggunakan mesin pencari tradisional. Kekhawatiran ini melampaui data pribadi semata, mereka juga khawatir tentang bagaimana data mereka di gunakan untuk menargetkan iklan, membentuk profil digital mereka, dan bahkan memengaruhi keputusan-keputusan penting dalam hidup mereka.

Rasanya seperti melawak tapi tak lucu, saat kita berharap menemukan jawaban atas pertanyaan kita di mesin pencari, namun yang muncul hanyalah deretan iklan yang tidak sesuai. Iklan yang terlalu sering muncul di hasil pencarian Google, terutama pada halaman pertama, membuat pengguna merasa di manipulasi dan mengurangi kepercayaan mereka terhadap hasil pencarian yang di tampilkan.

 

6. Kurangnya Fitur Kolaboratif

Media sosial telah menjadi ruang bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri, berbagi pengetahuan, dan membangun bisnis kecil-kecilan. Dengan mudahnya berbagi informasi dan berkolaborasi dengan teman-teman, mereka dapat menciptakan konten yang menarik, membangun audiens yang loyal, dan pada akhirnya menghasilkan pendapatan dari berbagai sumber seperti iklan, afiliasi, atau penjualan produk sendiri.

 

7. Pengaruh Tren dan Budaya Popoler

Generasi muda itu seperti spons yang menyerap tren dan budaya pop terbaru. Platform media sosial, dengan algoritma yang canggih dan jangkauan yang luas, menjadi wadah utama bagi tren-tren ini untuk menyebar dengan cepat. Mulai dari fashion, musik, hingga gaya hidup, semua dapat dengan mudah menjadi viral dalam hitungan jam.

 

8. Kemudahan Akses

Aplikasi media sosial telah mengubah cara kita mengonsumsi informasi. Kini, informasi yang kita butuhkan hanya berjarak beberapa ketukan jari di layar smartphone. Kita bisa dengan mudah mencari tahu berita terbaru, tips, atau rekomendasi produk kapan pun dan di mana pun kita berada.

 

9. Pengalaman Pengguna yang Lebih Terpersonalisasi

Platform media sosial bukan hanya sekadar tempat untuk berbagi, tetapi juga telah menjadi asisten pribadi yang cerdas. Dengan mempelajari minat, kebiasaan, dan interaksi pengguna, platform ini mampu menyajikan rekomendasi konten yang begitu relevan, seolah-olah mereka tahu persis apa yang kita cari. Hal ini membuat pengguna merasa lebih di perhatikan dan terhubung dengan platform.

 

10. Pergeseran Fokus dari Mencari Informasi ke Mencari Hiburan

Generasi muda sudah tidak lagi sekadar atau terbawa dalam mencari informasi, mereka mencari pengalaman. Dunia digital yang dinamis telah mengubah cara mereka mengonsumsi konten. Alih-alih terpaku pada informasi yang kaku, mereka lebih tertarik pada konten yang ringan tapi mengena, menghibur tanpa banyak menghina seseorang, dan mampu membangkitkan kenyamanan.

 

Tambahan

Di era digital yang serba cepat, tren yang mencolok adalah pergeseran perilaku pengguna internet, terutama generasi muda. Generasi muda semakin melek mata, melek isi kantong. Mereka tidak hanya ingin bersenang-senang di dunia digital, tetapi juga ingin memanfaatkan peluang yang ada untuk menghasilkan uang jajan tambahan.

Selain informasi, platform-platform ini memungkinkan pengguna untuk mengembangkan minat dan bakat, membangun jaringan profesional, dan menemukan peluang bisnis. Mereka dapat berinteraksi langsung dengan ‘hutannya dunia’ dan mendapatkan inspirasi dari berbagai sumber yang berbeda, sesuatu yang sulit di dapatkan dari mesin pencari tradisional. Sorry Google.

 

Bagaimana Episode Selanjutnya dari Mbah Google?

Pergeseran preferensi pengguna muda dari Google Search ke platform media sosial merupakan fenomena yang kompleks dan di pengaruhi oleh berbagai faktor. Untuk tetap relevan, Google perlu beradaptasi dengan perubahan perilaku pengguna dan mengembangkan fitur baru yang lebih menarik dan sesuai dengan kebutuhan kami si generasi muda.

Bayangkan Google Search sebagai sebuah perpustakaan raksasa.

Dulu, kita sering mengunjungi perpustakaan untuk mencari buku yang di butuhkan. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak dari kita lebih memilih membaca e-book atau artikel online. Hal serupa terjadi pada Google Search. Generasi muda kini memiliki preferensi yang berbeda dalam mengakses informasi, dan mereka menemukan alternatif yang lebih menarik dan sesuai dengan gaya hidup mereka.

 

Salam Dyarinotescom.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama